Saturday, May 27, 2006

P O S E S I F . . .

Perempuan itu berjalan setengah berlari dari mulutnya keluar suara yang menyerupai teriakan dan tangannya erat menenteng sebuah tas, tas mungil berwarna hitam yang terombang-ambing mengikuti gerak tubuh majikannya. Terlihat dibelakang nya ada seorang laki-laki berwajah tampan, bertubuh atletis mengikutinya, sama-sama tergesa, sama-sama berteriak. Kedua orang itu saling berkejaran seperti sepasang merpati berlomba mengejar mangsa, tapi, laki-laki itu terlihat sangat jengkel dan perempuan itu juga terus mempercepat langkah kakinya, seolah-olah merasa jiwanya terancam. "jangan terus mengikuti aku, aku mau segera istirahat, besok aku mau pergi". Perempuan itu akhirnya berbicara dengan jelas walaupun nada suaranya tetap tinggi, matanya tajam menatap lurus kedepan, kalau tidak ada laki-laki dibelakangnya pasti dia dituduh gila, dianggap bicara pada udara. Saat itu suasananya lengang sekali, karena angin mendadak menghilang, melihat keangkuhan perempuan itu. "pergi kemana?, hah...". Sahut lelaki yang ada dibelakangnya dengan suara yang tidak kalah tingginya. "Berlibur" "Iya, kemana berliburnya?" "Ketempat yang tidak mungkin kau jangkau" "Kamu egois. Hai, berhenti, atau aku berbuat kasar!." Tanpa diduga tangan lelaki itu meraih tas hitam mungil yang sedang bergoyang kesana-kemari di tangan perempuan di depannya, sebenarnya ia bermaksud meraih tangan si perempuan tetapi tidak berhasil, malah tas mungil yang tidak berdosa itu yang kemudian menjadi sasaran terkam, dari raut mukanya menyemburat warna merah menyala, kulit itu berminyak mengkilap dan sedikit berkeringat. Wajah tampan itu sempurna menggambarkan rasa jengkel. Langkah kaki mereka seketika berhenti, seperti dikomando, kemudian perempuan itu langsung membalikkan tubuh menghadap laki-laki yang membuntutinya sejak tadi, sambil membeliakkan kedua matanya ia berkacak pinggang. Ia menantang dengan segala keangkuhan yang dimiliki, karena ia merasa berada diujung kesabarannya. "Ayo, tampar aku, ayo lakukan!" "Apa!, kau menantangku?!". "Iya aku menantangmu, kalau kau memang mau menyiksaku, aku tidak takut, dasar pengecut, apa coba yang kamu bisa, kalau tidak berbuat kasar, anarkis, ayo lakukan". "Plak" "Dasar perempuan gatal kau, plak...plak...plak". Lelaki itu terus memukul pohon cemara yang tepat berada di depannya. Mukanya menunduk lurus ke bumi. Diam. Sambil terus meninju-ninju pohon cemara sampai tangannya bengkak-bengkak dan berdarah. "Sudah-sudah, jangan menyakiti diri-sendiri, aku hanya ingin menenangkan diri sejenak untuk merenung, sebenarnya hubungan kita mesti jalan terus atau menyerah sampai disini". Perempuan itu mengambil tangan laki-laki yang terluka kemudian membersihkannya dengan sapu tangan yang selalu berada di saku depan kemejanya, baunya harum. "Tapi aku begitu mencintaimu..." Tiba-tiba laki-laki itu memeluk perempuan didepannya dengan ketat, sampai-sampai nafasnya tersendat, ia tidak peduli kalau perempuan itu sedang membersihkan luka-luka yang ada di tangan dan jari-jarinya, kemudian tanpa tau siapa yang memulai pelukan itu terlepas. Baju depan dan jilbab berwarna putih yang melilit tubuh sederhana si perempuan terkena darah, banyak sekali bercak-bercak berwarna merah yang pmenempel disana. Perempuan itu hanya bengong memandangi laki-laki di depannya, dari matanya terlihat sepercik air bening mulai menggenang, tinggal menunggu hitungan detik genangan itu pasti mengalir. Ia menggigit bibir bawahnya, lipstik merah yang menempel sudah terlihat samar. Sungguh sebuah wajah cantik yang tinggal kesayuan semata-mata. Sorot matanya kuyu. "Sudahlah, kamu pergilah, kau kekasihku, aku mencintaimu, tidak butuh kau bersamaku atau tidak. Aku tidak peduli, aku hanya ingin cintamu, aku tidak ingin tubuhmu". Laki-laki itu membalikkan tubuhnya seketika, badannya terguncang hebat dan kakinya serentak bergerak beranjak mau berlari menjauh dari perempuan yang menangis tanpa suara di dekatnya. Sebelum sempat berlari tangannya sudah terlanjur di raih oleh si perempuan, dari matanya masih mengalir air, malah semakin deras, ia memeluk tubuh laki-laki itu erat, seeratnya, tapi orang yang dipeluk hanya diam, berdiri tanpa daya. "Jangan pergi, aku mencintaimu" "Aku juga mencintaimu" "Kita saling mencintai?" "Iya, kita saling mencintai" "Tapi, mengapa kau selalu menyakitiku?" "Karena aku terlalu mencintaimu, aku cemburu, aku tidak rela ada seorang lelakipun yang ikut menikmatimu". "Tapi-kan kau tau kalau aku hanya mencintaimu" "Aku membencinmu", tiba laki-laki itu berteriak, meronta mencoba melepaskan pelukan yang menjeratnya dengan erat. "Tidak, kau mencintaiku". Tapi perempuan yang memeluknya tidak mau mengendorkan sedikitpun pelukannya, seolah-olah tidak mau dipisahkan, apapun yang terjadi. "Aku membencimu!. Lepaskan aku" "Aku mencintaimu". Lemah sekali suara yang keluar dari mulut perempuan itu. Tapi karena angin tidak menampakkan diri, membuat suara lemah itu bergema. Laksana suara adzan yang mampu membuat semua orang terpana, menghentikan aktivitasnya demi sebuah panggilan untuk sholat. Pakaian perempuan itu semakin ternoda dengan banyaknya darah yang melekat. Tanpa dia sadari lelaki yang tadi dipeluknya mengeluarkan banyak darah. Sejenak dia tercengang. "Dari mana darah sebanyak ini". Pikirnya. Dia lupa kalau lelaki yang sangat dicintai sekaligus dibencinya itu mengidap penyakit TBC yang diketahui sejak dua bulan lalu dan penyakit itu sudah terlanjur kronis. Sebenarnya masih bisa disembuhkan tapi butuh waktu dan kesabaran. "Akhir-akhir ini ia sering marah-marah, ada apa sebenarnya?". Perempuan itu bertanya-tanya dalam hati, dan dia mulai menebak-nebak kemungkinan yang akan terjadi, apakah dia mau pergi untuk selama-lamanya sehingga kelakuannya aneh-aneh, ah, tidak dia memang lelaki kasar sudah dari dulu sifatnya seperti itu. Tidak, dia mencintaiku. Cinta bisa merubahnya menjadi seorang yang lembut dan penuh pengertian, tapi akhir-akhir ini kelakuannya terlalu kasar. Tidak wajar, apakah akan ada sesuatu. Perempuan itu masih berdiri dan terus terpaku, tetap bertanya-tanya di dalam hati. Sampai mendung yang bergelayut di langit tidak disadarinya menjelma gerimis yang menjadi hujan, waktu kulitnya terkena air ia baru tersadar. Waktu menyadari semua yang terjadi laki-laki yang dipikirkan sudah tidak ada di tempat. Ia tambah bengong tidak tau harus berbuat apa.
***

Di sebuah rumah sederhana di tepi sungai yang sangat kumuh tergeletak sesosok tubuh perempuan cantik berbaju dan jilbab putih. Walaupun baju dan jilbab itu sudah tidak berfungsi lagi sebagai penutup aurat, tapi tetap dibiarkan melekat ditubuhnya. Wajahnya pucat, matanya nanar mengeluarkan air tanpa pernah berhenti dan mulutnya menggumamkan kata-kata tidak jelas sehingga yang terlihat di bibirnya hanya getaran. Dan tubuhnya yang lemah sesekali terguncang tanpa mampu bergerak. Seorang laki-laki tua yang duduk di sebuah dingklik hanya bisa memandanginya tanpa bisa berbuat apa-apa, dalam, di dalam dadanya hanya ada gejolak merasa bersalah, rasa bersalah yang sangat amat. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Seorang laki-laki yang lain berdiri di depan pintu, kemudian masuk ke dalam rumah dan dihampirinya seonggok tubuh lemah milik perempuan cantik yang sedang terkapar tidak berdaya. Laki-laki pantang menangis itu yang selalu dipegangnya, tapi kali ini ia melanggarnya. Ini sudah tidak dapat dimaafkan, katanya dalam hati. Dia tidak menyapa laki-laki yang melihatnya. Dipeluknya perempuan itu, diciuminya wajahnya dan dari matanya mengalir air hangat yang membasahi wajah dan membuat perempuan yang berada dipelukannya merasa kehangatan. Dia tidak peduli dan tetap memeluk perempuan itu sambil menangis. Maafkan aku sayang, kekasihku, mamafkan aku, sebenarnya aku hanya iseng menyuruh teman-temanku menggodamu, aku hanya ingin tampil sebagai pehlawan hingga aku mempunyai sesuatu yang bisa dibanggakan di hadapanmu, tapi semua malah menjadi begini, ini bukan maksudku, maafkan aku. Aku berjanji akan membunuh mereka semua. Maafkan aku. Tanpa diminta laki-laki tua yang duduk diatas dingklik membuka mulut dan dari situ keluar kata-kata yang menjulap kalimat panjang lebar seperti air sungai yang mengalir di saat musim penghujan, "tadi malam aku melihatnya sendiri dengan banyak noda darah di pakaiannya, dia berdiri mematung seperti orang yang linglung, sementara awan menghitam dan gerimis turun perlahan kemudian hujan menderas tidak dapat dicegah lagi, tiba-tiba muncul tiga laki-laki muda menggodanya dan tenaga ketiga laki-laki itu lebih besar dari dia, mereka mengira dia telah mati. Dalam kepanikan tubuhnya diangkat dibuang ke sungai, tapi dia memang perempuan kuat, dia masih hidup dan aku menolongnya, menyeretnya ke gubug kumuh ini, sebenarnya aku yang salah, melihat semuanya tapi tidak bisa berbuat apa-apa, aku hanya laki-laki yang tidak mempunyai kejantanan aku lemah aku.......". "Cukup!." Belum selesai laki-laki tua itu berkata-kata sudah di hentikan oleh laki-laki muda yang sedang memeluk perempuan yang sedang kesakitan, dengan suara nyaring dan kasar, kedua cuping kupingnya memerah tidak tahan mendengar kekejaman yang dilakukannya diceritakan ulang. "Hentikan semua ocehanmu orang tua, aku sudah tau semuanya, sebelum kesini mereka sudah aku kurung dalam api, mereka sekarang sudah mati!. Tahu kau, orang sinting. Aku memang salah". Laki-laki itu kembali menunduk menciumi perempuan yang telah tak bernyawa lagi. Darinya yang tertinggal hanya senyum di mulutnya yang indah. Yang terus terngiang-ngiang di benaknya. "Ternyata menjadi pahlawan tidak semudah bersiasat, bangsat". Laki-laki itu membopong tubuh perempuanya dan dibawanya keluar rumah, tidak peduli hujan masih terus mengguyur bumi. Dia berteriak-teriak berontak pada dirinya sendiri dan perempuan yang ada dipelukannya memeluknya ataukah dia yang sedang memeluk perempuan itu, dia tidak tau. Laki-laki itu terus berjalan menapak setapak hutan cemara yang penuh kenangan tentang pertemuan, percintaan, pertengkaran, perpisahan, kehilangan, perkosaan dan pembunuhan. Hujan tetap saja tak ingkar janji dia tetap mengirim air, dan air tetap bening sebening-beningnya. Sementara suara adzan menggema tanpa basa-basi mengawali hari.

-------oleh: Emelia Indiyanti, Mantan Desk Budaya SKM AMANAT--------

ShoutMix chat widget